William Golding, seorang penulis terkenal, terkenal karena novelnya "Lord of the Flies," yang mengeksplorasi aspek -aspek gelap dari sifat manusia. Dilahirkan pada tahun 1911 di Cornwall, Inggris, pengalaman Golding dalam Perang Dunia II sangat memengaruhi tulisannya, mengarahkannya untuk memeriksa tema -tema peradaban versus kebiadaban. Kecakapan sastra membuatnya mendapatkan Hadiah Nobel dalam sastra pada tahun 1983, memperkuat statusnya sebagai tokoh berpengaruh dalam literatur abad ke-20.
Dalam "Lord of the Flies," Golding menyajikan sebuah cerita tentang sekelompok anak laki -laki yang terdampar di pulau yang tidak berpenghuni, yang berfungsi sebagai mikrokosmos bagi masyarakat pada umumnya. Melalui keturunan mereka ke dalam kekacauan dan kebrutalan, ia menggambarkan seberapa cepat peradaban dapat rusak dan bagaimana kegelapan manusia intrinsik muncul ketika aturan sosial dilucuti. Narasi Golding yang menarik menimbulkan pertanyaan kritis tentang nilai -nilai moral dan kondisi manusia.
e. M. memperkenalkan karya Golding, menyoroti signifikansinya dan kompleksitas temanya. Pendahuluan menekankan kemampuan penulis untuk melibatkan pembaca dengan pertanyaan filosofis yang mendalam sambil juga menyampaikan kisah yang mencekam. Bercerita Golding saling terkait dengan wawasan psikologis yang mendalam, memastikan bahwa karyanya tetap relevan dan menggugah pemikiran untuk penonton kontemporer.