Seolah -olah saya telah gemetar seumur hidup, karena arus ketakutan bawah tanah kronis. Tremare, melarikan diri, menyelesaikan masalah, kehilangan orang yang saya cintai. Sebagai karakter kartun, bukannya seseorang, saya sadari. Kartun Tiga Puluh, berjamur. Di balik semua yang telah saya lakukan selalu ada rasa takut mendorong saya.
(It was as if I had trembled for a lifetime, due to a chronic underground current of fear. Tremare, run away, finish in trouble, lose the people I loved. As a cartoon character instead of a person, I realized. A cartoon of the thirties, moldy. Behind everything I had done there had always been the fear of pushing me.)
Perikop ini mencerminkan rasa cemas dan ketakutan yang mendalam yang telah meresapi kehidupan narator, menyamakan pengalamannya dengan arus bawah tanah yang gigih. Ketakutan ini bermanifestasi sebagai ketakutan akan kegagalan dan kehilangan, menuntunnya untuk merasa lebih seperti karakter dalam kartun vintage daripada orang sungguhan, yang menunjukkan perjuangan dengan identitas dan keaslian.
Metafora ini menekankan sifat lumpuh dari ketakutannya, menunjukkan bahwa tindakannya sering didorong oleh keinginan untuk menghindari masalah dan melestarikan hubungannya. Pada akhirnya, ini menyoroti dampak ketakutan pada pertumbuhan pribadi dan ekspresi diri yang tulus, tema yang berulang dalam karya Philip K. Dick.