Temannya yang memperlakukan pelayannya dengan buruk bukanlah orang yang jahat. Dia berperilaku baik terhadap keluarganya ... tetapi ketika datang ke pelayannya ... dia sepertinya memiliki sedikit perhatian terhadap perasaannya. Terpikir oleh MMA Ramotswe bahwa perilaku seperti itu tidak lebih dari ketidaktahuan; ketidakmampuan untuk memahami harapan dan aspirasi orang lain. Pemahaman teat ... adalah awal dari semua moralitas. Jika Anda tahu bagaimana perasaan seseorang, jika Anda bisa membayangkan diri Anda dalam posisinya, maka pasti tidak mungkin untuk menimbulkan rasa sakit lebih lanjut. Menimbulkan rasa sakit dalam keadaan seperti itu akan seperti menyakiti diri sendiri.


(Her friend who treated her maid badly was not a wicked person. She behaved well towards her family...but when it came to her maid...she seemed to have little concern for her feelings. It occurred to Mma Ramotswe that such behaviour was no more than ignorance; an inability to understand the hopes and aspirations of others. Theat understanding...was the beginning of all morality. If you knew how a person was feeling, if you could imagine yourself in her position, then surely it would be impossible to inflict further pain. Inflicting pain in such circumstances would be like hurting oneself.)

(0 Ulasan)

Dalam "Moralitas untuk Gadis Cantik," MMA Ramotswe merenungkan perlakuan temannya terhadap pelayannya, mencatat bahwa sementara temannya umumnya baik kepada keluarganya, dia tidak memiliki empati terhadap karyawannya. Perilaku ini, menurutnya, berasal dari ketidaktahuan daripada jahat. Ini menyoroti kegagalan untuk mengenali dan menghargai perasaan dan aspirasi orang lain, yang dapat menyebabkan kerusakan yang tidak disengaja.

Wawasan MMA Ramotswe menekankan bahwa moralitas sejati dimulai dengan memahami orang lain. Jika seseorang dapat membayangkan diri mereka dalam situasi orang lain dan memahami emosi mereka, dengan sengaja menyebabkan kesusahan menjadi tidak terpikirkan. Perspektif ini menunjukkan bahwa empati merupakan dasar bagi perilaku etis, karena menimbulkan rasa sakit pada orang lain terasa mirip dengan rasa sakit pada diri sendiri.

Page views
11
Pembaruan
Januari 23, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.