Tanggapannya kepada mereka sebagai makhluk seksual adalah salah satu dari ibadat dan penyembahan berhala. Mereka adalah manifestasi yang indah, memuaskan, dan menjengkelkan dari instrumen kesenangan yang ajaib, terlalu kuat untuk diukur, terlalu ingin dialami, dan terlalu indah untuk dimaksudkan untuk bekerja oleh pangkalan, manusia yang tidak layak. Dia bisa menafsirkan kehadiran mereka yang telanjang di tangannya hanya sebagai pengawasan kosmik yang ditakdirkan untuk diperbaiki dengan cepat, dan dia selalu didorong untuk membuat apa yang digunakan duniawi yang dia bisa pada saat dua orang yang dia rasa dia rasa sebelum seseorang tertangkap bijak dan membawa mereka pergi.


(His response to them as sexual beings was one of frenzied worship and idolatry. They were lovely, satisfying, maddening manifestations of the miraculous, instruments of pleasure too powerful to be measured, too keen to be endured, and too exquisite to be intended for employment by base, unworthy man. He could interpret their naked presence in his hands only as a cosmic oversight destined to be rectified speedily, and he was driven always to make what carnal use of them he could in the fleeting moment of two he felt he had before Someone caught wise and whisked them away.)

📖 Joseph Heller

🌍 Amerika

🎂 May 1, 1923  –  ⚰️ December 12, 1999
(0 Ulasan)

Narator dalam "Catch-22" menghadirkan pandangan yang mendalam dan hampir hormat tentang wanita sebagai perwujudan kecantikan dan kesenangan. Reaksinya terhadap seksualitas mereka dipenuhi dengan kekaguman dan rasa kagum, karena ia menganggap mereka sebagai makhluk ajaib yang bentuk fisiknya terlalu luar biasa untuk tujuan keberadaan duniawi semata. Dia merasa kewalahan dengan daya pikat mereka, melihat mereka tidak hanya sebagai objek keinginan tetapi sebagai simbol yang kuat dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Kekaguman ini mengarah pada rasa urgensi, karena ia percaya bahwa keindahan seperti itu berlalu dan dapat segera diambil. Pendekatannya terhadap kehadiran mereka ditandai oleh kebutuhan panik untuk memanfaatkan momen dan mengalami kesenangan yang mereka tawarkan sebelum ditolak kesempatan itu. Dinamis ini menyoroti perjuangannya antara menghargai keilahian mereka dan bergulat dengan kemanusiaannya sendiri yang cacat, menciptakan interaksi yang kompleks dari keinginan dan keputusasaan dalam perlakuannya terhadap wanita.

Page views
65
Pembaruan
Januari 27, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.