Aku tidak ada di sana ketika kamu mati. Itu bukan salahmu. Aku tidak pernah mengucapkan selamat tinggal. Justru kata-kata yang tidak perlu, katanya, ketika kamu mencintai seseorang.
(I wasn't there when you died.That's not your fault.I never said good-bye.Such a needless word, she said, when you love somebody.)
Kutipan mencerminkan kompleksitas emosional kesedihan dan ikatan cinta yang bertahan bahkan setelah kematian. Pembicara mengakui ketidakhadiran mereka selama momen yang signifikan - kematian orang yang dicintai - dan menekankan bahwa itu tidak boleh disalahkan. Ini menunjukkan pemahaman bahwa esensi cinta melampaui tindakan fisik mengucapkan selamat tinggal.
Sentimen ini menangkap gagasan bahwa cinta sejati tidak memerlukan penutupan formal. Karakter mengartikulasikan bahwa mengucapkan selamat tinggal terasa tidak perlu ketika ada hubungan emosional yang mendalam, menyoroti sifat cinta yang abadi meskipun kehilangan. Kata -kata itu beresonansi mendalam, menawarkan penghiburan dalam pemahaman bahwa cinta tetap ada, bahkan ketika perpisahan tidak terucapkan.