Jika bencana ekonomi memang datang, apakah itu akan menjadi waktu yang menyatukan orang -orang Kristen untuk berbagi setiap sumber daya yang kita miliki, atau akankah itu membuat kita terpisah untuk bersembunyi di ruang bawah tanah kita sendiri atau retret gunung, menjaga dengan todongan senjata toko pribadi kita dari orang lain? Jika kita dengan setia menggunakan aset kita untuk kerajaan -Nya sekarang, daripada menimbunnya, tidak bisakah kita mempercayai Tuhan kita yang setia untuk memberi kita?
(If economic catastrophe does come, will it be a time that draws Christians together to share every resource we have, or will it drive us apart to hide in our own basements or mountain retreats, guarding at gunpoint our private stores from others? If we faithfully use our assets for his kingdom now, rather than hoarding them, can't we trust our faithful God to provide for us then?)
Buku Randy Alcorn, "Uang, Kepemilikan dan Keabadian," menimbulkan pertanyaan penting mengenai tanggapan orang -orang Kristen di saat krisis ekonomi. Dia menantang orang percaya untuk mempertimbangkan apakah kesulitan seperti itu akan menyatukan mereka dalam berbagi sumber daya atau mengarah pada isolasi dan pelestarian diri. Penekanannya terletak pada bagaimana seseorang memilih untuk menanggapi potensi kesulitan - baik dengan menimbun kekayaan untuk keselamatan pribadi atau menggunakan aset mereka secara bermakna untuk kebaikan yang lebih besar.
Alcorn mendorong orang percaya untuk secara aktif menggunakan sumber daya mereka untuk kerajaan Allah, daripada menimbun mereka karena takut. Dia menanamkan rasa percaya pada penyediaan Tuhan, menunjukkan bahwa jika orang Kristen dengan setia mengelola kekayaan mereka dan membantu orang lain sekarang, mereka dapat mengharapkan perawatan dan dukungan Tuhan selama masa -masa sulit. Perspektif ini mempromosikan komunitas dan kemurahan hati atas ketakutan dan keegoisan.