Nyonya Pearce. Tuan Higgins: Anda menggoda gadis itu. Itu tidak benar. Dia harus memikirkan masa depan. Higgins. Di usianya! Omong kosong! Waktu yang cukup untuk memikirkan masa depan ketika Anda tidak memiliki masa depan untuk dipikirkan.
(MRS PEARCE. Mr Higgins: youre tempting the girl. It's not right. She should think of the future.HIGGINS. At her age! Nonsense! Time enough to think of the future when you havnt any future to think of.)
Dalam "Pygmalion" karya George Bernard Shaw, sebuah percakapan antara Mr. Higgins dan Mrs. Pearce menyoroti perspektif yang berbeda tentang pemuda dan masa depan. Mrs. Pearce mengungkapkan kekhawatiran bahwa Higgins memimpin gadis muda itu dengan tersesat, menunjukkan bahwa sangat penting baginya untuk mempertimbangkan masa depannya dengan serius. Ini mencerminkan naluri keibuan untuk membimbing gadis itu menuju tanggung jawab dan perencanaan jangka panjang.
Sebaliknya, Higgins menolak gagasan ini, dengan alasan bahwa tidak perlu bagi gadis itu untuk fokus pada masa depan di usia mudanya. Dia percaya bahwa lebih penting untuk hidup di saat ini, terutama ketika masa depan tampak tidak pasti. Pertukaran ini menggarisbawahi ketegangan tematik dalam drama tentang pemuda, ambisi, dan harapan masyarakat.