Satu lagi dalam antrean panjang, entitas suram di antara banyak orang lain seperti dia, sejumlah penghambat yang rusak otak yang hampir tak ada habisnya. Kehidupan biologis terus berjalan, pikirnya. Tapi jiwa, pikiran yang lain sudah mati. Mesin refleks. Seperti serangga. Mengulangi pola hancur, satu pola, berulang -ulang sekarang. Tepat atau tidak.


(One more in a long line, a dreary entity among many others like him, an almost endless number of brain-damaged retards. Biological life goes on, he thought. But the soul, the mind-everything else is dead. A reflex machine. Like some insect. Repeating doomed patterns, a single pattern, over and over now. Appropriate or not.)

(0 Ulasan)

Kutipan tersebut mencerminkan perspektif yang suram tentang keberadaan, menggambarkan kehidupan sebagai siklus kontinu tanpa makna. Sang protagonis melihat dirinya sebagai orang lain yang tersesat, menunjukkan bahwa meskipun fungsi biologis berlanjut, ada tidak adanya kesadaran dan individualitas yang mendalam. Rasa putus asa ini menyoroti perasaan terjebak dalam keberadaan yang monoton, mirip dengan bagaimana seorang serangga beroperasi pada naluri daripada berpikir.

Pandangan ini menimbulkan pertanyaan tentang sifat kemanusiaan dan esensi jiwa. Istilah "mesin refleks" membangkitkan gagasan individu yang bertindak tanpa kesadaran sejati, terjebak dalam perilaku berulang. Pengunduran diri protagonis untuk menjadi bagian dari "entitas suram" menunjukkan kekecewaan yang mendalam dengan tujuan hidup, karena mereka mengkritik kegagalan pikiran untuk terlibat dalam cara yang bermakna. Secara keseluruhan, ia menangkap rasa putus asa di tengah -tengah kegigihan kehidupan.

Page views
67
Pembaruan
Januari 24, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.