Para sarjana tidak memiliki darah yang mengalir di pembuluh darah mereka,” kata Hamlet. “Ketika mereka terluka, mereka mengeluarkan logika, dan ketika semuanya hilang, otak mereka mati, dan mereka menjadi… tentara.

Para sarjana tidak memiliki darah yang mengalir di pembuluh darah mereka,” kata Hamlet. “Ketika mereka terluka, mereka mengeluarkan logika, dan ketika semuanya hilang, otak mereka mati, dan mereka menjadi… tentara.


(Scholars don't have blood flowing in their veins," said Hamlet. "When they're wounded, they bleed logic, and when all of it is gone, their brains die, and they become ... soldiers.)

📖 Orson Scott Card

🌍 Amerika  |  👨‍💼 Penulis

(0 Ulasan)

Dalam "The Ghost Quartet", Orson Scott Card menyajikan komentar yang mencolok tentang sifat ulama melalui kata-kata Hamlet. Ia berpendapat bahwa ulama berbeda dari yang lain; mereka terutama terlibat dengan logika daripada emosi. Saat dihadapkan pada luka atau tantangan, mereka tidak bereaksi secara fisik seperti manusia pada umumnya, namun mundur ke dalam pikiran rasionalnya. Hal ini menyoroti efek pencarian intelektual yang kadang-kadang terisolasi, karena para sarjana mungkin kesulitan untuk terhubung dengan perasaan manusia yang lebih dalam. Pada akhirnya, kutipan tersebut menyiratkan bahwa begitu para sarjana kehabisan penalaran logisnya, mereka kehilangan vitalitas intelektualnya, menyerupai tentara yang didorong oleh naluri dan bukannya pikiran. Transformasi ini menimbulkan pertanyaan tentang keseimbangan antara logika dan emosi dalam pengalaman manusia, karena hal ini menunjukkan bahwa penekanan berlebihan pada kecerdasan dapat menyebabkan berkurangnya pemahaman tentang kompleksitas kehidupan. Kontrasnya menekankan pentingnya merangkul emosi dan logika untuk kehidupan yang lebih penuh dan diperkaya.

Dalam "The Ghost Quartet", Orson Scott Card menyajikan komentar yang mencolok tentang sifat ulama melalui kata-kata Hamlet. Ia berpendapat bahwa ulama berbeda dari yang lain; mereka terutama terlibat dengan logika daripada emosi. Saat dihadapkan pada luka atau tantangan, mereka tidak bereaksi secara fisik seperti manusia pada umumnya, namun mundur ke dalam pikiran rasionalnya. Hal ini menyoroti efek pencarian intelektual yang kadang-kadang terisolasi, karena para sarjana mungkin kesulitan untuk terhubung dengan perasaan manusia yang lebih dalam.

Pada akhirnya, kutipan tersebut menyiratkan bahwa begitu para sarjana kehabisan penalaran logisnya, mereka kehilangan vitalitas intelektualnya, menyerupai tentara yang didorong oleh naluri dan bukannya pikiran. Transformasi ini menimbulkan pertanyaan tentang keseimbangan antara logika dan emosi dalam pengalaman manusia, karena hal ini menunjukkan bahwa penekanan berlebihan pada kecerdasan dapat menyebabkan berkurangnya pemahaman tentang kompleksitas kehidupan. Kontrasnya menekankan pentingnya merangkul emosi dan logika untuk kehidupan yang lebih penuh dan diperkaya.

Page views
59
Pembaruan
Oktober 30, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.