Ada juga kenyataan dalam kehidupan barunya yang tidak dimiliki kehidupan lamanya, dan dia terkejut menyadari bahwa dia tidak pernah benar-benar dicintai atau dibenci, karena dia belum pernah melihat dunia yang biasa dia tinggali dengan cukup dekat hingga hal itu membangkitkan gairah dalam dirinya.
(There was, too, a reality to her new life that her old life had lacked, and she realized with a shock that she had never truly loved or hated, for she had never seen the world she had been used to living in closely enough for it to evoke passion in her.)
Dalam "The Blue Sword" karya Robin McKinley, tokoh protagonis mengalami transformasi mendalam saat dia menjalani kehidupan barunya. Perubahan ini membawa kedalaman emosi yang tidak ada dalam kehidupan sebelumnya, menuntunnya untuk menyadari kurangnya gairah yang tulus dalam pengalamannya sebelumnya. Perbedaan yang mencolok antara perspektif lama dan baru menyoroti pentingnya koneksi dan wawasan dalam memupuk perasaan yang sebenarnya.
Saat dia merenungkan masa lalunya, dia menyadari bahwa kehidupan sebelumnya tidak menginspirasi cinta atau kebencian yang sejati karena dia tidak pernah mengamati sekelilingnya dengan cukup dekat. Kesadaran baru ini menandakan perubahan dalam karakternya, saat dia mulai terlibat dengan dunia di sekitarnya pada tingkat yang lebih dalam, sehingga memungkinkan dia untuk menerima kompleksitas kehidupan dan emosi.