Ribuan orang biasa adalah bagian dari kota metropolitan ini, tetapi rumah mereka akan mudah rusak dan jerami, plesteran dengan jeruk nipis dan lumpur. Setiap jejak kehidupan mereka telah kembali ke bumi sekarang, kecuali untuk kuil -kuil seni kapur dan ibadah. Hal -hal yang terbuat dari ambisi, yang naik lebih tinggi dari roti harian.
(Thousands of ordinary people were part of this metropolis, but their homes would have been perishable wattle and thatch, stuccoed with lime and mud. Every trace of their living has returned to the earth now, except for the limestone temples of art and worship. The things made of ambition, which rise higher than daily bread.)
Perikop ini mencerminkan kehidupan orang -orang yang tak terhitung jumlahnya yang pernah mendiami kota yang ramai, menekankan kerapuhan rumah mereka yang terbuat dari bahan -bahan sederhana seperti Wattle, Thatch, dan Mud. Waktu telah menghapus semua tanda -tanda keberadaan mereka, hanya meninggalkan kuil batu kapur yang bertahan lama yang melambangkan ambisi dan spiritualitas manusia.
Kontras ini menyoroti sifat sementara dari kehidupan sehari -hari versus dampak abadi dari pencapaian artistik dan spiritual. Sementara kehidupan biasa telah menghilang ke bumi, struktur monumental berdiri sebagai bukti aspirasi yang melampaui kelangsungan hidup belaka, menampilkan pengejaran sesuatu yang lebih besar daripada kebutuhan dasar kehidupan.