Washington tidak hanya sesuai dengan RUU itu secara fisik, ia juga hampir sempurna secara psikologis, begitu nyaman dengan keunggulannya sehingga ia merasa tidak perlu menjelaskan dirinya sendiri. {Sebagai seorang pemuda selama Perang Prancis dan India, dia lebih blak -blakan, tetapi dia belajar dari pengalaman untuk membiarkan kehadirannya yang tipis berbicara sendiri.} Sementara orang -orang yang kurang percaya diri mengepal, dia tetap diam, dengan demikian menjadikan dirinya kapal di mana pengagum atas keyakinan terindah mereka, menjadi semacam wadah untuk beragam aspirasi yang secara ajaib datang bersama -sama.
(Washington not only fit the bill physically, he was also almost perfect psychologically, so comfortable with his superiority that he felt no need to explain himself. {As a young man during the French and Indian war he had been more outspoken, but he learned from experience to allow his sheer presence to speak for itself.} While less confident men blathered on, he remained silent, thereby making himself a vessel into which admirers for their fondest convictions, becoming a kind of receptacle for diverse aspirations that magically came together in one man.)
George Washington memiliki atribut fisik dan kekuatan psikologis yang diperlukan untuk kepemimpinan selama Revolusi Amerika. Dia memancarkan superioritas alami dan kepercayaan diri yang menghilangkan kebutuhan pembenaran diri. Pengalamannya sebelumnya sebagai perwira yang lebih muda mengajarinya mengandalkan kehadirannya yang memerintah daripada kata -kata, memungkinkannya untuk mewujudkan harapan dan aspirasi orang -orang di sekitarnya.
Seiring waktu, Washington berevolusi dari sosok yang lebih blak -blakan di masa mudanya menjadi pemimpin yang diam yang keberadaannya hanya mengilhami kesetiaan dan kekaguman. Transformasi ini memungkinkannya untuk menjadi sosok pemersatu, mewakili beragam cita -cita dan ambisi, secara efektif menggalang orang untuk mendukung penyebab kemerdekaan Amerika.