Ya, sang novelis tahu kemanusiaan, betapa tidak berharga mereka, diperintah oleh testis mereka, terombang-ambing oleh pengecut, menjual setiap tujuan karena keserakahan mereka-yang harus dia lakukan adalah berdebar pada drum, dan ada tanggapannya. Dan dia tertawa, tentu saja, di belakang tangannya pada efek yang didapatnya.


(Yes, the novelist knows humanity, how worthless they are, ruled by their testicles, swayed by cowardice, selling out every cause because of their greed-all he's got to do is thump on the drum, and there's his response. And he laughing, of course, behind his hand at the effect he gets.)

(0 Ulasan)

Dalam Philip K. Dick "The Man in the High Castle," novelis menyajikan pandangan kritis tentang kemanusiaan. Dia menyarankan agar orang sering didorong oleh naluri dan ketakutan yang lebih dasar, mengorbankan nilai -nilai mereka karena keserakahan. Pengamatan ini menggarisbawahi rasa kekecewaan terhadap sifat manusia, menggambarkan individu sebagai mudah dimanipulasi dan kurang dalam keyakinan moral yang sebenarnya.

Penulis menyampaikan bahwa seorang novelis dapat membangkitkan reaksi dari pembaca hanya dengan menyoroti aspek yang lebih gelap dari masyarakat. Kemampuan untuk memprovokasi pemikiran dan tawa secara bersamaan menunjukkan kesadaran sinis tentang absurditas perilaku manusia. Perspektif Dick mengungkapkan interaksi yang kompleks antara seni dan kenyataan, menunjukkan bahwa sementara orang mungkin tampaknya menjual cita -cita mereka, pemahaman yang lebih dalam tentang kecenderungan ini dapat menyebabkan kritik dan hiburan.

Page views
35
Pembaruan
Januari 24, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.