Yossarian kagum bahwa anak -anak dapat menderita pengorbanan biadab seperti itu tanpa menunjukkan sedikit rasa takut atau rasa sakit. Dia menerima begitu saja sehingga mereka tunduk begitu tenang. Jika tidak, ia beralasan, kebiasaan itu pasti akan mati, karena tidak ada keinginan untuk kekayaan atau keabadian bisa begitu hebat, ia merasa, untuk hidup dari kesedihan anak -anak.


(Yossarian marveled that children could suffer such barbaric sacrifice without evincing the slightest hint of fear or pain. He took for granted that they did submit so stoically. If not, he reasoned, the custom would certainly have died, for no craving for wealth or immortality could be so great, he felt, as to subsist on the sorrow of children.)

📖 Joseph Heller

🌍 Amerika

🎂 May 1, 1923  –  ⚰️ December 12, 1999
(0 Ulasan)

Dalam "Catch-22," Yossarian merefleksikan realitas yang mengganggu yang dihadapi oleh anak-anak yang mengalami kesulitan yang signifikan tanpa menunjukkan rasa takut atau rasa sakit. Dia dikejutkan oleh kemampuan mereka untuk menerima pengalaman keras ini dengan ketabahan yang luar biasa, menunjukkan bahwa ketahanan seperti itu melekat pada sifat mereka. Pengamatan ini menuntunnya untuk mempertanyakan kebiasaan dan tradisi yang memungkinkan penderitaan seperti itu.

Yossarian menyimpulkan bahwa jika anak -anak benar -benar menunjukkan kesedihan mereka, masyarakat kemungkinan akan berubah untuk menghentikan kekejaman. Dia percaya bahwa tidak ada keinginan untuk kekayaan atau warisan yang dapat membenarkan berkembangnya penderitaan orang tak berdosa, menunjukkan bahwa empati manusia harus menang atas kepentingan pribadi. Wawasan ini menyoroti kompleksitas moral dalam narasi, menarik perhatian pada nilai belas kasih dalam menghadapi norma -norma sosial.

Page views
25
Pembaruan
Januari 27, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.