Saya pernah mendengar seorang pria berbicara tentang dia dan berkata: Dia adalah asal mula lingkungan kita, dan lingkungan kita adalah asal mula Mesir, Bunda Dunia. Dia tinggal di dalamnya sendirian sementara itu adalah gurun, kemudian dia mengambilnya dengan kekuatan tangannya dan statusnya dengan gubernur. Dia adalah pria seperti dia yang tidak bermurah hati dengan waktu, dan seorang pengganggu yang disebutkan oleh binatang buas, dan saya mendengar kata lain tentang dia: dia adalah pengganggu. Sungguh, tapi dia tidak seperti fatwa lainnya. Dia tidak memaksakan upeti pada siapa pun, dia juga tidak sombong di Bumi. Dia berbelas kasih kepada yang lemah. Lalu saatnya tiba. Beberapa orang berbicara kepadanya dengan kata -kata yang tidak sesuai dengan nilai dan statusnya, dan beginilah dunia ini.


(I once heard a man talking about him and saying: He is the origin of our neighborhood, and our neighborhood is the origin of Egypt, the mother of the world. He lived in it alone while it was a wasteland, then he took possession of it with the strength of his hand and his status with the governor. He was a man like him who was not generous with time, and a bully whose mention was feared by beasts, and I heard another say about him: He was a bully. Truly, but he was not like other fatwas. He did not impose a tribute on anyone, nor was he arrogant on earth. He was merciful to the weak. Then a time came. A few people addressed him with words that did not befit his value and status, and this is how the world is.)

📖 Naguib Mahfouz


🎂 December 11, 1911  –  ⚰️ August 30, 2006
(0 Ulasan)

Dalam narasi, seorang pria merefleksikan sosok dari lingkungan mereka, menggambarkannya sebagai fondasi komunitas mereka dan, dengan ekstensi, Mesir itu sendiri. Orang ini awalnya berkembang pesat di daerah terpencil, mengubahnya melalui kekuatan dan pengaruhnya sendiri. Terlepas dari reputasinya yang tangguh, ia tidak menunjukkan kecenderungan untuk mengeksploitasi orang lain; Dia dikenal sebagai pengganggu, tetapi dia tidak pernah memberlakukan upeti atau menunjukkan kesombongan. Sebaliknya, ia berbelas kasih terhadap yang rentan, membedakannya dari pengganggu yang khas.

Seiring berjalannya waktu, perawakan pria itu dirusak ketika beberapa orang berbicara dengannya dengan cara yang meremehkannya. Ini mencerminkan tema umum dalam kehidupan di mana individu dapat kehilangan rasa hormat terlepas dari prestasi dan kebajikan masa lalu mereka. Narasi menggarisbawahi kompleksitas karakter manusia, menyoroti ketegangan antara kekuatan dan kerendahan hati, dan bagaimana persepsi dapat bergeser dalam suatu komunitas. Dinamika semacam itu mengungkapkan kerapuhan rasa hormat dan sifat masyarakat yang seringkali tidak sesuai.

Page views
20
Pembaruan
Januari 24, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.