Setelah pemakaman, hidup saya berubah. Saya merasa seolah -olah tiba -tiba tiba -tiba berharga, air mengalir di saluran pembuangan terbuka, dan saya tidak bisa bergerak cukup cepat. Tidak ada lagi bermain musik di klub malam setengah kosong. Tidak ada lagi menulis lagu di apartemen saya, lagu -lagu yang tidak akan didengar siapa pun.
(After the funeral, my life changed. I felt as if time were suddenly precious, water going down an open drain, and I could not move quickly enough. No more playing music at half-empty night clubs. No more writing songs in my apartment, songs that no one would hear.)
Setelah menghadiri pemakaman, narator mengalami perubahan besar dalam perspektif, menyadari sifat waktu yang singkat. Itu mengejutkannya bahwa hidup harus dipeluk sepenuhnya, karena saat -saat dapat menyelinap dengan cepat, mengingatkan pada air yang mengalir dari wastafel. Kesadaran yang baru ini mendorongnya untuk mengevaluasi kembali prioritas dan keinginannya untuk pengalaman yang bermakna.
Narator menolak gagasan membuang -buang waktu untuk kegiatan yang tidak terpenuhi, seperti tampil di tempat yang hampir kosong atau menciptakan musik dalam kesendirian tanpa audiens. Urgensi untuk hidup dengan sengaja mendorongnya untuk mencari koneksi yang lebih signifikan dan upaya yang berdampak, menyalurkan kreativitasnya ke dalam pengejaran yang benar -benar penting.