Meskipun dia tidak antusias tentang teologi, dia telah lama menyadari bahwa titik doa yang sebenarnya bukan untuk menyanjung yang ditangani; Doa adalah bentuk meditasi, dia memutuskan, dan itu tidak mengurangi kemanjurannya bahwa tidak ada yang mendengarkan.


(Although she was unenthusiastic about theology, she had long since realised that the real point of prayer was not to flatter those addressed; prayer was a form of meditation, she decided, and it did not detract from its efficacy that nobody was listening.)

(0 Ulasan)

Karakter dalam novel bergulat dengan perasaannya terhadap teologi dan doa. Meskipun dia tidak terlalu antusias tentang teologi, dia mengerti bahwa doa melayani tujuan yang lebih besar di luar hanya menangani Yang Ilahi. Alih -alih melihatnya sebagai bentuk sanjungan, ia melihat doa sebagai praktik meditasi yang dapat membawa kedamaian dan refleksi pribadi. Kesadaran ini membawa dimensi baru pada pemahamannya tentang doanya.

Dia menyimpulkan bahwa efektivitas doa tidak bergantung pada apakah seseorang mendengarkan secara aktif. Perspektif ini menyoroti nilai doa intrinsik sebagai alat untuk meditasi dan eksplorasi diri. Pada akhirnya, itu mengubah pemahamannya tentang spiritualitas, menunjukkan bahwa tindakan berdoa itu sendiri dapat memiliki makna dan signifikansi, terlepas dari keyakinan tradisional tentang tujuannya.

Page views
12
Pembaruan
Januari 23, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.