Keadilan, katanya, tidak mengatur hidup dan mati. Jika itu terjadi, tidak ada orang baik yang akan mati. Struktur, pria biru itu berkata, hanyalah keluarga yang belum Anda ketahui. Akrifice adalah bagian dari kehidupan. seharusnya begitu. Ini bukan sesuatu yang harus disesali. Itu sesuatu yang ingin dicita -citakan. Korban kecil. pengorbanan besar. Seorang ibu bekerja sehingga putranya bisa pergi ke sekolah. Seorang anak perempuan pindah rumah untuk merawat ayahnya yang sakit. Terkadang ketika Anda mengorbankan sesuatu yang berharga, Anda tidak benar -benar kehilangannya. Anda hanya meneruskannya kepada orang lain.
(fairness, he said, does not govern life and death. if it did, no good person would ever die.Strangers, the Blue Man said, are just family you have yet to come to know.sacrifice is a part of life. it is supposed to be. it's not something to regret. it's something to aspire to. little sacrifices. big sacrifices. a mother works so her son can go to school. a daughter moves home to take care of her sick father. Sometimes when you sacrifice something precious, you're not really losing it. you're just passing it on to someone else.)
Dalam Mitch Albom, "Kelima Orang yang Anda Temui di Surga," Karakter Manusia Biru memberikan kebijaksanaan yang mendalam tentang kehidupan, menekankan bahwa keadilan tidak mendikte hidup dan mati, sebagaimana dibuktikan oleh kenyataan bahwa orang baik dapat menderita dengan sedih. Dia menyarankan agar orang asing hanyalah anggota keluarga yang menunggu untuk dikenali, menyoroti keterkaitan pengalaman manusia. Perspektif ini mengundang kita untuk merefleksikan hubungan kita dan ikatan yang tidak terlihat yang kita bagikan dengan orang lain.
Pria biru juga mengajarkan bahwa pengorbanan melekat pada kehidupan; Seharusnya tidak dilihat sebagai beban melainkan dipeluk sebagai upaya mulia. Tindakan pengorbanan, baik kecil atau signifikan, mengungkapkan cinta dan komitmen, seperti seorang ibu yang bekerja tanpa lelah untuk masa depan anaknya atau seorang putri yang merawat ayahnya yang sakit. Dia meyakinkan kita bahwa mengorbankan sesuatu yang disayangi sering kali berarti meneruskannya kepada orang lain, memperkuat gagasan bahwa tindakan semacam itu memperkaya baik pemberi maupun penerima.