Dalam "Prodigal Summer" oleh Barbara Kingsolver, momen pedih terjadi ketika seorang karakter menceritakan di Lusa tentang kesedihan mendalam kehilangan seorang anak. Pembicara merefleksikan keputusasaan mereka selama waktu itu, mengungkapkan betapa luar biasa rasanya kehilangan itu, membuat mereka percaya bahwa mereka tidak bisa menanggung rasa sakit seperti itu. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menemukan penghiburan dalam kenangan dan cinta yang tertinggal, menunjukkan ketahanan roh manusia.
Sentimen ini menekankan kekuatan transformatif cinta dan ingatan dalam menghadapi kehilangan. Ini menyoroti bahwa sementara kesedihan dapat memakan, orang belajar menghargai sisa -sisa orang yang mereka cintai. Alih -alih semata -mata didefinisikan oleh ketidakhadiran mereka, mereka yang tertinggal menciptakan hubungan baru dengan warisan yang telah mereka tinggalkan, menumbuhkan koneksi yang mengakui kesedihan dan cinta abadi yang berlanjut.