Sangat menggoda untuk memikirkan Red for Sun, "katanya," tetapi itu harus hanya lari, tidak banyak. Lebih dari oranye gelap dan sedikit coklat. Dan kemudian putih berwarna kuning di atas putih. Tidak putih cerah, 'katanya. 'Jenis putih yang membuatmu menyipit, tetapi dengan cara yang lebih lembut ...' 'pergi melihat api sebentar. Pergi habiskan waktu dengan api. 'Penampilan api itu menarik, saya harus akui. Saya duduk dengan lilin selama beberapa jam. Ini memiliki tahap -tahap warna ini: putih, kuning, merah, tempat kecil biru yang saya dengar disebutkan tetapi tidak pernah diperhatikan.
(It's tempting to think of red for sun," she said, "but it has to be just a dash, not much. More of a dark orange and a hint of brown. And then white on yellow on white. Not bright white,' she said. 'The kind of white that makes you squint, but in a softer way...''Go look at fire for a while. Go spend some time with fire.'Looking at fire was interesting, I have to admit. I sat with a candle for a couple hours. It has these stages of color: the white, the yellow, the red, the tiny spot of blue I'd heard mentioned but never noticed.)
Dalam refleksinya pada warna, speaker menekankan pendekatan bernuansa untuk menggambarkan matahari, menunjukkan itu harus diwakili dengan sentuhan halus merah, terutama mengandalkan oranye gelap dan sedikit coklat. Dia mengungkapkan pentingnya menggunakan kulit putih yang lebih lembut dikombinasikan dengan yang kuning dan bukannya kasar, mencolok. Rekomendasi untuk mengamati api menyoroti spektrum warnanya yang kompleks, mengundang apresiasi yang lebih dalam untuk interaksi warna.
Menghabiskan waktu dengan api mengungkapkan berbagai tahap warna, dari putih dan kuning ke merah dan bahkan biru samar yang sering tidak diperhatikan. Latihan ini berfungsi sebagai pengingat kecantikan kaya dan berlapis yang ditemukan dalam elemen -elemen yang tampaknya sederhana, mendesak seseorang untuk terlibat dengan lingkungan mereka dengan lebih bijaksana.