Malu, bukan? Bahwa kita hanya menyukai pahlawan kita di jalan ketika mereka mencari yang terbaik dan seragam mereka 'ludah dan dipoles,' dan bukan ketika mereka menunjukkan kita luka yang mereka derita atas nama kita.
(Shame, isn't it? That we only like our heroes out in the street when they are looking their best and their uniforms are 'spit and polished,' and not when they're showing us the wounds they suffered on our behalf.)
Kutipan ini mencerminkan pengamatan mendalam tentang kecenderungan masyarakat untuk mengidolakan pahlawan berdasarkan penampilan luar mereka. Orang -orang sering mengagumi angka -angka ini ketika mereka dalam kondisi terbaik, menghadirkan citra yang dipoles dan murni. Penghargaan dangkal ini mengabaikan pengorbanan dan perjuangan yang dialami para pahlawan ini dalam tugas mereka.
Penulis menyoroti ironi kekaguman selektif ini, karena menyiratkan bahwa masyarakat mungkin lebih suka mengenali pahlawan dalam keadaan yang sempurna daripada mengakui rasa sakit dan luka yang sebenarnya mereka tanggung. Ini menyerukan perhatian pada pentingnya memahami dan menghargai biaya kepahlawanan sejati, yang sering melibatkan tantangan yang tidak terlihat dan pengorbanan pribadi.