Terkadang kita membaca Kitab Suci tentang bersukacita atau percaya dan berpikir, mudah dikatakan, tetapi Anda tidak menghadapi apa adanya. Tetapi hanya sedikit orang yang menghadapi kondisi yang mengerikan seperti Habakuk, dengan penghancuran yang akan datang atas bangsa, keluarga dan teman -temannya, dan cara hidupnya. Pernyataannya saya akan bahagia karena Tuhan yang memberi saya menunjukkan bahwa menyenangkan Tuhan tidak bergantung pada keadaan yang menguntungkan. Kebahagiaan di dalam Tuhan melibatkan tindakan kehendak terhadap Tuhan yang ada di sana, dan yang mencintai kita, bahkan dalam kelaparan, sel perang dan penjara.


(Sometimes we read Scripture about rejoicing or trusting and think, Easy to say, but you're not facing what I am. But few people have faced conditions as dire as Habakkuk, with the impending destruction of his nation, family and friends, and way of life. His statement I will be happy because of the God who delivers me demonstrates that delighting in God isn't dependent on favorable circumstances. Happiness in God involves an act of will toward the God who's there, and who loves us, even in hunger, war and prison cells.)

(0 Ulasan)

Kitab Suci sering mendorong kita untuk bersukacita dan percaya, yang bisa tampak sederhana ketika kita berurusan dengan perjuangan yang mendalam. Situasi Habakuk mencontohkan kesulitan ini saat ia menghadapi penghancuran bangsanya dan hilangnya segala sesuatu yang akrab. Deklarasi kebahagiaannya di dalam Allah menyoroti bahwa sukacita sejati tidak bergantung pada keadaan kita tetapi lebih merupakan pilihan sadar untuk percaya dan menemukan kegembiraan di dalam Tuhan, terlepas dari tantangan hidup.

Kemampuan Habakuk untuk mengekspresikan...

Page views
82
Pembaruan
Januari 25, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.