Namun, momen memasak yang luhur adalah saat ketika alam menjadi budaya, barang -barang menjadi benda. Ini adalah saat ketika bawang merah telah dipotong dan daging telah diiris menjadi lardon dan chestnut telah dikupas, dan mereka semua mijoté bersama dalam pot, dan kemudian momen tertentu-warna mulai berubah, dan Bau berkumpul bersama hanya di level hidung Anda. Semuanya mulai berbintik -bintik, tekuk dari mentah hingga dimasak. Chestnuts, jika Anda melakukan chestnut, berubah sedikit lembab, sedikit menangis. Itulah yang mereka lakukan; semuanya menangis.
(The sublime moment of cooking, though, is really the moment when nature becomes culture, stuff becomes things. It is the moment when the red onions have been chopped and the bacon has been sliced into lardons and the chestnuts have been peeled, and they are all mijotéing together in the pot, and then-a specific moment-the colors begin to change, and the smells gather together just at the level of your nose. Everything begins to mottle, bend from raw to cooked. The chestnuts, if you're doing chestnuts, turn a little damp, a little weepy. That's what they do; everything weeps.)
Dalam "Paris to the Moon," Adam Gopnik mengeksplorasi proses transformatif memasak, menekankan bagaimana hal itu menghubungkan alam dengan budaya. Momen penting di dapur ini adalah ketika bahan -bahan mentah, seperti bawang cincang dan irisan daging, memulai perjalanan mereka menuju menjadi hidangan. Saat mereka bergabung dalam pot, bahan baku mengalami transformasi yang menandakan hubungan yang lebih dalam dengan seni kuliner. Pergeseran sensorik dapat diraba, dengan warna pendalaman dan aroma melayang di udara, menyoroti keindahan proses memasak.
Gopnik dengan jelas menggambarkan pengalaman ini, mencatat bagaimana setiap bahan mengalami perubahan, menciptakan simfoni aroma dan visual. Tindakan memasak, ia menyarankan, mengungkapkan hubungan intim dengan esensi makanan saat ia berkembang dari keadaan alami menjadi makanan yang disiapkan. Chestnuts, misalnya, tampaknya "menangis" saat mereka melepaskan kelembaban, melambangkan resonansi emosi dan sensorik dari memasak. Momen transformasi ini menandai perayaan kreativitas kuliner, di mana yang biasa menjadi luar biasa.