Cobalah membayangkan hidup tanpa ketepatan waktu. Anda mungkin tidak bisa. Anda tahu bulan, tahun, hari dalam seminggu. Ada jam di dinding Anda atau dasbor mobil Anda. Anda memiliki jadwal, kalender, waktu untuk makan malam atau film. Namun di sekitar Anda, ketepatan waktu diabaikan. Burung tidak terlambat. Seekor anjing tidak memeriksa arlojinya. Rusa tidak khawatir tentang ulang tahun yang lewat. Manusia sendiri mengukur waktu. Manusia sendirian berdiam jam. Dan, karena ini, manusia sendiri menderita ketakutan yang melumpuhkan bahwa tidak ada makhluk lain yang bertahan. Ketakutan waktu habis.
(Try to imagine a life without timekeeping. You probably can't. You know the month, the year, the day of the week. There is a clock on your wall or the dashboard of your car. You have a schedule, a calendar, a time for dinner or a movie. Yet all around you, timekeeping is ignored. Birds are not late. A dog does not check its watch. Deer do not fret over passing birthdays. Man alone measures time. Man alone chimes the hour. And, because of this, man alone suffers a paralyzing fear that no other creature endures. A fear of time running out.)
Ketepatan waktu adalah bagian integral dari kehidupan manusia; Kami terus -menerus melacak berbulan -bulan, bertahun -tahun, dan berhari -hari, mengandalkan jam dan jadwal untuk kegiatan sehari -hari kami. Tidak seperti manusia, hewan tidak peduli dengan waktu. Mereka hidup pada saat itu, tidak terpengaruh oleh berlalunya hari atau tekanan tenggat waktu. Kontras ini menyoroti aspek unik kemanusiaan; Keasyikan kita dengan waktu membentuk hidup kita secara signifikan.
Namun, fokus pada waktu ini juga membawa kecemasan yang mendalam. Manusia adalah satu -satunya makhluk yang mengalami ketakutan waktu menyelinap pergi, yang menyebabkan rasa takut akan kefanaan dan sifat keberadaan yang terbatas. Ketakutan pada jam ini berdetak adalah beban yang kami bawa, menjadikan hubungan kami dengan waktu baik sumber organisasi maupun jalan menuju kecemasan.