Dalam "To Be a King" oleh Kathryn Lasky, konsep emosi dieksplorasi melalui percakapan di mana Lutta mempertanyakan sifat sejati mereka. Respons menunjukkan bahwa emosi sering dianggap sebagai perasaan sepele yang dapat menghambat tindakan menentukan. Perspektif ini mencerminkan keyakinan umum bahwa emosi mungkin mempersulit kemampuan kita untuk bertindak secara rasional.
Namun, penggambaran emosi dalam narasi menunjukkan signifikansi yang lebih dalam. Sementara pandangan Lutta awalnya mengkategorikannya sebagai hambatan, cerita mengisyaratkan bahwa emosi juga dapat mendorong motivasi dan keputusan, mengungkapkan peran penting mereka dalam pengalaman dan kepemimpinan manusia. Emosi mungkin rumit, tetapi mereka merupakan bagian integral dari pemahaman diri sendiri dan orang lain.