Ketika gravitasi kematian pertama kali menyentuh saya, saya menemukan keasyikan dengan hal -hal kecil kehidupan sehari -hari. Jika kita akhirnya mati, dan beralih ke debu di tanah, seandainya itu benar -benar membuat kita kesal jika lantai belum cukup tersapu.


(When the gravity of death first touched me, I'd found preoccupation with the minutiae of daily life meaningless. If we ultimately die, and turn to dust in the ground, should it ever truly upset us if the floor hasn't been swept quite recently enough.)

(0 Ulasan)

Dalam memoarnya "Iran Awakening," Shirin Ebadi merefleksikan dampak mendalam dari menghadapi kematian. Dia mengungkapkan bagaimana kesadaran akan kematian menggeser perspektif seseorang, membuat kekhawatiran sehari -hari sepele. Kesadaran bahwa kehidupan adalah yang terbatas menuntunnya untuk mempertanyakan pentingnya frustrasi kecil, seperti pekerjaan rumah tangga, dalam skema besar keberadaan.

Wawasan Ebadi menantang pembaca untuk merefleksikan apa yang benar -benar penting dalam hidup. Jika kita semua menghadapi kematian yang tak terhindarkan, dia menyarankan bahwa penting untuk memprioritaskan nilai -nilai kita dan fokus pada pengejaran yang lebih bermakna daripada tersesat dalam detail kecil dalam hidup. Pendekatan filosofis ini mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang prioritas kita dalam menghadapi ketidakkekalan kehidupan.

Page views
70
Pembaruan
Januari 27, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.