Masing -masing dari kita memiliki di dalam dirinya seorang Yudas untuk Kristus -Nya sendiri
(Each of us harbors within him a Judas for his own Christ)
Dalam memoarnya "Reading Lolita in Teheran," Azar Nafisi mengeksplorasi kompleksitas sifat manusia dan konflik batin yang dialami orang. Kutipan, "masing -masing dari kita menampung di dalam dirinya seorang Yudas untuk Kristus -Nya sendiri," mencerminkan gagasan bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk pengkhianatan serta kesetiaan. Dualitas ini dapat bermanifestasi dalam berbagai hubungan, menyoroti perjuangan antara keinginan pribadi dan pilihan moral.
Karya Nafisi menggali pentingnya literatur sebagai sarana untuk memahami konflik internal ini. Dengan terlibat dengan teks -teks klasik, ia dan murid -muridnya memeriksa pengalaman mereka sendiri dan iklim politik di Iran. Sastra menjadi lensa yang melaluinya mereka dapat menghadapi naluri "Yudas" mereka, menumbuhkan refleksi diri dan ketahanan dalam menghadapi penindasan.