Politik anti-kekerasan, bersama dengan impuls revolusioner lainnya, berubah dari fokus bekerja untuk mengubah patriarki, rasisme, dan kemiskinan menjadi kerja sama dan integrasi dengan polisi. Ini telah terbukti merupakan giliran yang signifikan karena polisi, ironisnya, adalah perwujudan patriarki, rasisme, dan penegakan sistem kelas AS. John


(Anti-violence politics, along with other revolutionary impulses, changed from a focus on working to transform patriarchy, racism, and poverty to cooperation and integration with the police. This has proven to be a significant turn because the police are, ironically, the embodiment of patriarchy, racism, and the enforcement of the US class system. John)

(0 Ulasan)

Politik anti-kekerasan awalnya bertujuan untuk menantang dan mengubah masalah sistemik seperti patriarki, rasisme, dan kemiskinan. Namun, ada perubahan penting menuju berkolaborasi dengan pasukan polisi, yang secara fundamental bertentangan dengan tujuan awal dari gerakan ini. Kemitraan ini memprihatinkan karena polisi biasanya terkait dengan melanggengkan sistem penindasan yang ingin dibongkar oleh gerakan ini.

Transformasi ini menyoroti ketegangan dalam aktivisme keadilan sosial, karena selaras dengan polisi menandakan keberangkatan dari menghadapi akar penindasan. Sarah Schulman, dalam bukunya "Conflict Is Not Abuse," membahas kompleksitas seputar bahaya, tanggung jawab masyarakat, dan perlunya perbaikan, menunjukkan bahwa kemajuan yang benar terletak pada mengatasi ketidaksetaraan sistemik ini daripada memperkuat mereka melalui aliansi dengan lembaga yang menindas.

Page views
78
Pembaruan
Januari 25, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.