Pada saat itu, dia telah mengenakan syal sebagai bukti imannya. Keputusannya adalah tindakan sukarela. Ketika revolusi memaksakan syal pada orang lain, tindakannya menjadi tidak berarti.
(At that time, she had worn the scarf as a testament to her faith. Her decision was a voluntary act. When the revolution forced the scarf on others, her action became meaningless.)
Perikop ini mencerminkan transformasi pilihan wanita untuk mengenakan syal sebagai simbol imannya. Awalnya, tindakan ini adalah ekspresi pribadi dan sukarela dari keyakinannya, mewakili komitmennya terhadap nilai -nilai dan identitasnya. Itu adalah pilihan yang dibuat dari keyakinan dan kebebasan.
Namun, dengan timbulnya revolusi, syal, yang dulu merupakan pilihan yang bermakna, menjadi wajib bagi banyak orang, menghilangkan signifikansi pribadinya. Pergeseran ini menyoroti bagaimana perubahan politik dapat mengubah ekspresi pribadi menjadi simbol penindasan, memberikan niat asli di balik tindakan seperti itu tidak berarti.