Tahun keenamnya, tampaknya baginya, telah berlangsung lama dan ada poin di mana dia terus terang bertanya -tanya apakah dia akan pernah berusia tujuh tahun. Tapi sekarang malam sebelum ulang tahunnya, dan kecuali beberapa bencana kosmik, munculnya beberapa lubang hitam yang tidak terduga di mana bumi mungkin tersedot, dengan pembalikan yang hadir atau penangguhan waktu, dalam beberapa jam dia akan terbangun sebuah dunia di mana ia diberi nomor di antara anak-anak berusia tujuh tahun.
(His sixth year, it seemed to him, had lasted a remarkably long time and there were points at which he frankly wondered whether he would ever turn seven. But now it was the night before his birthday, and barring some cosmic disaster, the advent of some unexpected black hole into which the earth might be sucked, with the attendant reversal or suspension of time, in very few hours he would be waking up to a world in which he was numbered among the seven-year-olds.)
Dalam bagian ini, karakter mencerminkan panjangnya tahun keenamnya, merasa telah membentang tanpa batas. Dia bergulat dengan rasa keabadian, mempertanyakan apakah dia akan pernah mencapai tonggak pencapaian tujuh. Sentimen ini menangkap persepsi seorang anak tentang waktu, yang seringkali dapat terasa elastis dan berkepanjangan, terutama ketika mereka dengan bersemangat mengantisipasi sesuatu yang signifikan seperti ulang tahun.
Ketika malam sebelum ulang tahunnya terungkap, ia merenungkan perubahan yang akan terjadi segera yang akan dibawa oleh kedatangan tahun ketujuh. Terlepas dari ketakutan aneh akan gangguan kosmik, ia berada di ambang bergabung dengan jajaran anak berusia tujuh tahun, momen yang dipenuhi dengan kegembiraan dan rasa pertumbuhan. Antisipasi ini mencerminkan perasaan universal yang terkait dengan tonggak masa kanak -kanak, menggarisbawahi transisi dari satu tahap kehidupan ke yang lain.