Saya bisa menyuruhnya belajar dari Gatsby. Dari Gatsby yang kesepian dan terisolasi, yang juga mencoba mengambil masa lalunya dan memberikan flash dan darah untuk mewah, mimpi yang tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi lebih dari mimpi.
(i could have told him to learn from Gatsby. from the lonely, isolated Gatsby, who also tried to retrieve his past and give flash and blood to a fancy, a dream that was never meant to be more than a dream.)
Kutipan itu mencerminkan karakter Gatsby dari novel F. Scott Fitzgerald, menyoroti pencarian tragisnya untuk merebut kembali masa lalu yang hilang dan impian kehidupan yang pada akhirnya menghindarkannya. Narator menyarankan bahwa seseorang dapat belajar dari pengalaman Gatsby, menekankan bagaimana isolasi dan kerinduannya berfungsi sebagai pengingat pedih tentang keinginan yang tidak terpenuhi dan kesia -siaan mengejar ilusi.
Sentimen ini beresonansi dalam konteks memoar Azar Nafisi, "Reading Lolita in Teheran," di mana literatur berfungsi sebagai lensa untuk memahami kesulitan pribadi dan kolektif. Dengan memohon Gatsby, Nafisi menggarisbawahi tema kerinduan dan kekecewaan, menggambarkan bagaimana individu dapat dikonsumsi oleh impian mereka, bahkan ketika mimpi -mimpi itu secara inheren tidak dapat dicapai.