Saya tidak pernah merasa seperti itu sebelumnya. Mungkin itu bisa menjadi depresi, seperti yang Anda dapatkan. Saya bisa mengerti bagaimana Anda menderita sekarang ketika Anda mengalami depresi; Saya selalu berpikir Anda menyukainya dan saya pikir Anda bisa saja keluar kapan saja, jika tidak sendirian maka melalui organ suasana hati. Tetapi ketika Anda merasa tertekan, Anda tidak peduli. Apatis, karena Anda telah kehilangan rasa bernilai. Tidak masalah apakah Anda merasa lebih baik karena Anda tidak memiliki nilai.
(I never felt like that before. Maybe it could be depression, like you get. I can understand how you suffer now when you're depressed; I always thought you liked it and I thought you could have snapped yourself out any time, if not alone then by means of the mood organ. But when you get that depressed you don't care. Apathy, because you've lost a sense of worth. It doesn't matter whether you feel better because you have no worth.)
Pembicara mengungkapkan realisasi mendalam tentang apa yang sebenarnya dirasakan depresi, mengakui perubahan dalam perspektif. Sebelumnya, mereka percaya bahwa mereka yang menderita depresi mampu mengatasinya sesuka hati, mungkin dengan bantuan alat eksternal seperti organ suasana hati. Namun, mereka telah memahami bahwa kenyataannya jauh lebih kompleks dan melemahkan daripada yang mereka bayangkan.
Pemahaman baru ini mengungkapkan kedalaman apatis yang menyertai depresi parah, di mana seseorang merasakan kehilangan harga diri yang signifikan. Dalam keadaan ini, keinginan untuk merasa lebih berkurang, karena kurangnya nilai yang dirasakan membuat pemulihan emosional tidak relevan. Kutipan ini menekankan perjuangan mengenali dan berempati dengan rasa sakit depresi, menyoroti pentingnya memahami pengalaman seperti itu pada tingkat yang lebih dalam.