Dalam fiksi, setiap pengkhianatan dan kemunduran tampaknya melayani beberapa akhir: karakter belajar dan tumbuh dan menjadi milik mereka sendiri. Dalam hidup, tidak selalu jelas bahwa pembajakan rencana kami sangat baik atau jinak.
(In fiction, every treachery and setback appears to serve some end: the characters learn and grow and come into their own. In life, it is not always clear that the hijacking of our plans is quite so provident or benign.)
Dalam fiksi, karakter sering menghadapi tantangan dan pengkhianatan yang pada akhirnya berkontribusi pada perkembangan dan pertumbuhan pribadi mereka. Perjuangan ini umumnya digambarkan dengan tujuan, menunjukkan bahwa ada makna tersembunyi atau hasil positif di balik setiap kesulitan yang mereka alami. Struktur naratif ini memberikan rasa resolusi dan harapan, memperkuat gagasan bahwa kemunduran melayani peran yang menguntungkan dalam perjalanan karakter.
Sebaliknya, kehidupan nyata bisa terasa kacau dan tidak dapat diprediksi, di mana gangguan dan rencana yang diubah tidak selalu mengarah pada kesimpulan yang konstruktif atau bermakna. Tidak seperti kisah fiksi, hidup tidak menjamin bahwa setiap hambatan akan menghasilkan pelajaran atau peluang untuk pertumbuhan. Perbedaan yang mencolok ini menyoroti kompleksitas pengalaman manusia, di mana hasil seringkali ambigu dan tujuan di balik tantangan tidak mudah terlihat.