Sudah berakhir, bukan? Dengan penuh kepercayaan, dia sepertinya menunggunya memberitahunya, seolah -olah dia akan tahu. Seolah -olah mendengar dirinya tidak berarti apa -apa; Dia memiliki sikap meragukan terhadap kata -katanya sendiri; Mereka tidak menjadi nyata, tidak sampai dia setuju. Sudah berakhir, katanya.
(It is over, isn't it? Trustingly, he seemed to be waiting for her to tell him, as if she would know. As if hearing himself say it meant nothing; he had a dubious attitude toward his own words; they didn't become real, not until she agreed.It's over, she said.)
Kutipan mencerminkan momen ketidakpastian dan ketergantungan antara dua karakter, menggambarkan hubungan emosional mereka dan pentingnya kesepakatan bersama dalam hubungan mereka. Satu karakter mengungkapkan keraguan tentang realitas suatu situasi, hanya perasaan divalidasi ketika yang lain mengakuinya. Ini menyoroti kompleksitas psikologis interaksi mereka, menunjukkan bahwa kebenaran keadaan mereka bergantung pada pengakuan bersama.
Dalam mengatakan "sudah berakhir," karakter kedua memberikan penutupan, mengubah ide abstrak menjadi realitas nyata. Momen ini menangkap esensi hubungan manusia, di mana komunikasi dan penegasan sangat penting untuk pemahaman dan penerimaan. Pada akhirnya, bagian ini menekankan interaksi antara persepsi dan kebenaran dalam dinamika interpersonal.