Kebiadaban seseorang adalah peradaban orang lain.
(One person's barbarity is another person's civilisation.)
Kutipan ini menyoroti relativitas penilaian moralitas dan budaya. Apa yang dianggap barbar oleh suatu masyarakat atau individu mungkin dipandang oleh masyarakat atau individu lain sebagai bagian dari identitas atau kemajuan budaya mereka. Hal ini menantang kita untuk menyadari bahwa gagasan tentang kesopanan dan kebiadaban sering kali dibentuk oleh perspektif, sejarah, dan nilai-nilai. Memahami hal ini dapat menumbuhkan empati dan keterbukaan pikiran yang lebih besar ketika menghadapi beragam tradisi atau praktik. Hal ini mendorong refleksi tentang pentingnya relativisme dan mengkritik kecenderungan menilai orang lain tanpa konteks. Kesadaran seperti ini sangat penting dalam dunia global dimana benturan budaya dan kesalahpahaman sering terjadi. Mengenali subjektivitas yang terlibat dalam mendefinisikan peradaban dapat mendorong dialog yang saling menghormati dan menghargai keberagaman.
