Kesedihan dan kegembiraan orang lain memiliki cara untuk mengingatkan kita pada kita sendiri; Kami sebagian berempati dengan mereka karena kami bertanya pada diri sendiri: bagaimana dengan saya? Apa yang dikatakan tentang hidup saya, rasa sakit saya, kesedihan saya?
(Other people's sorrows and joys have a way of reminding us of our own; we partly empathize with them because we ask ourselves: What about me? What does that say about my life, my pains, my anguish?)
Dalam memoarnya "Reading Lolita di Teheran," Azar Nafisi merefleksikan hubungan yang mendalam antara emosi individu dan pengalaman kolektif. Dia menyoroti bagaimana menyaksikan perjuangan dan kemenangan orang lain sering mendorong kita untuk introspeksi tentang kehidupan kita sendiri. Empati ini bukan hanya tentang perasaan terhadap orang lain; Itu juga mengarahkan kita untuk mempertanyakan keadaan, rasa sakit, dan kegembiraan kita sendiri.
Nafisi menyarankan bahwa tindakan terlibat dengan narasi orang lain dapat menerangi kebenaran pribadi. Pengalaman manusia bersama memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, karena membangkitkan rasa solidaritas dan mendorong refleksi diri. Interaksi antara cerita eksternal dan perasaan internal ini memperkaya lanskap emosional kita, membuat kita lebih sadar akan perjalanan kita sendiri di tengah -tengah tawa dan air mata orang -orang di sekitar kita.