Hari itu saya memiliki perasaan pedih, seperti berkabung awal. Apa yang paling saya sayangi telah dihancurkan seperti ladang bunga lapangan, dihancurkan ke tanah untuk memberi ruang bagi taman yang diingat dengan baik. Bahkan ketika saya belajar di Amerika Serikat, saya pernah mencoba hal seperti itu. Selama bertahun -tahun saya telah membuat saya tetap berpegang teguh pada kepastian bahwa rumah saya, negara saya menampakkan diri kepada saya, dan saya bisa kembali setiap kali saya mau. Dan hanya ketika saya akhirnya kembali, saya memahami arti sebenarnya dari pengasingan. Berjalan ke jalan -jalan yang saya cintai dan ingat dengan begitu banyak kasih sayang, itu seperti saya menginjak -injak ingatan saya.


(That day I had a poignant feeling, like an early mourning. What I had most dear had been crushed like a field of field flowers, razed to the ground to make room for a well -kept garden. Not even when I studied in the United States I had ever tried anything like that. In all those years I had kept me firmly clinging to the certainty that my home, my country appeared to me, and I could go back every time I wanted. And it was only when I finally returned that I understand the true meaning of exile. Walking for those roads I loved and remembered with so much affection, it was as myself trampling my memories.)

📖 Azar Nafisi

 |  👨‍💼 Penulis

(0 Ulasan)

Dalam perikop ini, penulis merenungkan rasa kehilangan yang mendalam setelah kembali ke negara asalnya. Dia merasakan penghancuran dari apa yang dia hargai, menyamakannya dengan bunga -bunga indah yang dihancurkan untuk menciptakan taman yang terawat, menandakan perubahan yang menghapus masa lalu. Perasaan pedih ini menyoroti kesedihannya dan menyoroti kontras yang mencolok antara ingatannya dan kenyataan saat ini.

Nafisi mengungkapkan bahwa meskipun menghabiskan bertahun -tahun di Amerika Serikat, dia berpegang teguh pada gagasan untuk dapat kembali ke tanah airnya. Namun, setelah kembali, dia menyadari arti sebenarnya dari pengasingan - rumah kesayangannya tidak lagi sama, dan ingatannya terasa diinjak -injak. Ini menggambarkan dampak mendalam dari perpindahan dan kekacauan emosional mendamaikan masa lalu dengan masa kini.

Page views
72
Pembaruan
Januari 27, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.