Dia membenci fakta bahwa jilbabnya, yang baginya adalah simbol hubungan yang ketakutan dengan Tuhan, kini telah menjadi instrumen kekuasaan, mengubah wanita yang mengenakannya menjadi tanda -tanda dan simbol politik.


(She resented the fact that her veil, which to her was a symbol of scared relationship to god, had now become an instrument of power, turning the women who wore them into political signs and symbols.)

📖 Azar Nafisi

 |  👨‍💼 Penulis

(0 Ulasan)

Dalam "Reading Lolita di Teheran," Azar Nafisi mengungkapkan ketidakpuasannya dengan bagaimana kerudungnya, pada awalnya merupakan representasi dari hubungan rohaninya dengan Tuhan, telah diubah menjadi alat ekspresi politik. Dia merasa bahwa inti dari hubungannya dengan ilahi telah dibayangi oleh implikasi sosial dan politik yang terkait dengan pemakaian tabir di masyarakatnya.

Pergeseran ini mengubah perempuan menjadi simbol belaka dalam konteks politik, menghilangkan signifikansi pribadi dan kesucian yang pernah dipegang oleh tabir untuk Nafisi. Alih -alih menjadi lambang iman pribadi, sekarang berfungsi untuk menandakan ideologi politik yang lebih luas, yang mengarah pada perasaan dendam di antara mereka yang menghargai makna aslinya.

Page views
66
Pembaruan
Januari 27, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.