Begitu sedikit novel Amerika yang memiliki akhir yang bahagia. Mungkin ini tidak mengherankan di negara yang deklarasi kemerdekaannya memberi warganya bukan hak atas kebahagiaan, tetapi hak untuk mengejar.
(So few American novels have happy endings. Perhaps this is not surprising in a nation whose declaration of independence provides its citizens not with the right to happiness, but the right to its pursuit.)
Dalam bukunya "The Republic of Imagination: America in Three Books," Azar Nafisi merefleksikan akhir karakteristik novel -novel Amerika, seringkali tidak memiliki kebahagiaan. Pengamatan ini menyoroti komentar yang lebih luas tentang etos Amerika, yang menekankan pengejaran kebahagiaan daripada pencapaiannya. Kutipan menunjuk pada perspektif budaya yang memprioritaskan perjalanan menuju kebahagiaan di atas tujuan akhir.
Nafisi menyarankan bahwa aspek mendasar dari identitas Amerika ini memengaruhi tema sastra, yang mengarah ke narasi yang jarang berujung pada sukacita. Sebaliknya, fokus cenderung pada perjuangan, aspirasi, dan kompleksitas pengalaman manusia, menggambarkan suatu bangsa yang bergulat dengan gagasan pemenuhan sambil tetap mengejar cita -cita yang sulit dipahami.