Beberapa di dalam pemerintahan dan beberapa mantan revolusioner akhirnya menyadari bahwa tidak mungkin rezim Islam dapat membuat kita intelektual lenyap. Dalam memaksa kami di bawah tanah, itu juga membuat kami lebih menarik, lebih berbahaya dan, dengan cara yang aneh, lebih kuat. Itu membuat kami langka dan, karena ini, juga diminati.


(Some within the government and some former revolutionaries had finally realized that there was no way the Islamic regime could make us intellectuals vanish. In forcing us underground, it had also made us more appealing, more dangerous and, in a strange way, more powerful. It had made us scarce and, because of this, also in demand.)

📖 Azar Nafisi

 |  👨‍💼 Penulis

(0 Ulasan)

Dalam memoarnya, Azar Nafisi merefleksikan realisasi di antara beberapa pejabat pemerintah dan mantan revolusioner bahwa rezim Islam tidak dapat menghapus perlawanan intelektual. Dengan mendorong para intelektual untuk bersembunyi, rezim secara tidak sengaja memperkuat signifikansi mereka, menjadikannya simbol pembangkangan terhadap penindasan. Dinamika ini menciptakan paradoks di mana tindakan penindasan hanya meningkatkan daya pikat dan potensi para pemikir ini.

Nafisi menggambarkan bagaimana para intelektual, sekarang lebih langka, menjadi figur yang dicari di masyarakat. Konsekuensi penindasan yang tidak diinginkan ini mengubah mereka menjadi suara -suara yang kuat untuk perbedaan pendapat, menunjukkan bahwa semakin banyak rezim berusaha untuk membungkam mereka, semakin tangguh dan menarik bagi publik. Keberadaan bawah tanah mereka memupuk narasi yang menarik yang menantang status quo dan mengilhami harapan di antara mereka yang mendambakan kebebasan.

Page views
30
Pembaruan
Januari 27, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.