Kebenaran putus asa dari kisah Lolita bukanlah pemerkosaan anak berusia dua belas tahun oleh seorang lelaki tua yang kotor tetapi penyitaan kehidupan satu individu oleh orang lain.


(The desperate truth of Lolita's story is not the rape of a twelve-year-old by a dirty old man but the confiscation of one individual's life by another.)

📖 Azar Nafisi

 |  👨‍💼 Penulis

(0 Ulasan)

Narasi "Lolita" melampaui unsur -unsur mengejutkan dari plotnya, menyoroti tragedi yang lebih dalam: pengambilalihan lengkap keberadaan seseorang oleh orang lain. Dalam konteks ini, viktimisasi gadis muda itu menandakan lebih dari sekadar pelecehannya; Ini mencerminkan tema kehidupan yang lebih luas yang dilucuti dari individu, membuat mereka tidak berdaya dan dikendalikan oleh orang lain. Perspektif ini mengundang pemeriksaan kritis terhadap dinamika kekuasaan dan manipulasi yang ada dalam hubungan.

Azar Nafisi, dalam memoarnya "Reading Lolita di Teheran," menekankan bahwa cerita tersebut berfungsi sebagai komentar tentang hilangnya agensi yang dihadapi oleh orang -orang dalam keadaan yang menindas. Ini menantang pembaca untuk merenungkan implikasi penyitaan tersebut pada identitas dan kebebasan pribadi. Pada akhirnya, pesan inti adalah kebenaran yang mendalam dan meresahkan tentang bagaimana tindakan satu orang dapat mengubah kehidupan orang lain secara tidak dapat dibatalkan.

Page views
70
Pembaruan
Januari 27, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.