Pelajaran yang terpaksa dia pelajari hanyalah hal-hal yang tidak berguna, fakta-fakta yang tidak masuk akal, diberikan dalam bahasa yang paling sederhana, seolah-olah kata-kata dapat menyamarkan kebenaran atau (lebih buruknya) menghidupkannya.
(The lessons she'd been forced to learn were dry spare things, the facts without the sense of them, given in the simplest of language, as if words might disguise the truth or {worse} bring it to life.)
Protagonis dalam "The Hero and The Crown" mempelajari pelajaran hidup penting yang gamblang dan tanpa hiasan. Pelajaran-pelajaran ini disampaikan secara lugas, tanpa kerumitan, menggambarkan kenyataan pahit yang terasa nyaris tak bernyawa. Kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan pelajaran ini kurang memiliki kedalaman emosional yang sering kali menyertai wawasan mendalam, sehingga menunjukkan adanya upaya untuk mengaburkan kebenaran mentah dari pengalamannya.
Bagian ini menyoroti ketegangan antara pengetahuan dan pemahaman, di mana kesederhanaan bahasa gagal menangkap esensi kebenaran sepenuhnya. Hal ini mencerminkan perjuangan yang lebih dalam dengan wawasan yang diperoleh dari perjalanannya, menekankan bahwa fakta belaka sering kali tidak mencerminkan bobot atau pentingnya pengalaman pribadi.