Dalam "Babi di Surga" oleh Barbara Kingsolver, sang protagonis bergulat dengan kompleksitas pernikahannya, menyoroti kekurangan emosionalnya. Hubungan itu gagal memberikan kehangatan dan koneksi yang dia perkirakan, membuatnya merasa tidak terpenuhi. Sentimen ini beresonansi dengan pembaca yang memahami perjuangan menemukan kasih sayang dan dukungan yang tulus dalam kemitraan.
Ungkapan "Pernikahan ini telah gagal menghangatkannya" merangkum tema sentral kekecewaan dalam cinta. Ini mencerminkan gagasan bahwa persatuan dapat ada tanpa benar -benar memberi nutrisi atau memuaskan kebutuhan emosional kedua individu yang terlibat. Kingsolver dengan terampil menggambarkan bagaimana pertumbuhan pribadi sering menantang sifat statis dari hubungan.