Dalam "Babi di Surga" Barbara Kingsolver, sang narator menyatakan keprihatinan terhadap seorang teman yang sedang mengalami masa sulit. Teman itu telah mengalami depresi, suatu kondisi yang telah mengubah kepribadiannya dan pandangan hidup. Perubahan ini sangat mengganggu narator, yang mengingat temannya sebagai bersemangat dan penuh kehidupan.
Perikop ini menyoroti realitas keras perjuangan keuangan dan dampaknya terhadap kesehatan mental. Ketika individu menghadapi kesulitan keuangan, mereka sering menginternalisasi situasi mereka, yang mengarah pada perasaan tidak berharga dan putus asa. Pengamatan kritis ini menggarisbawahi efek yang lebih luas dari kemiskinan pada kesejahteraan emosional dan pentingnya dukungan kesehatan mental selama masa-masa seperti itu.