Setelah Perang Dunia I, Perjanjian Sevres memberikan kendali Yunani atas Smyrna, mendorong ambisi Yunani di sepanjang pantai Aegean. Namun, Perlawanan Turki tumbuh kuat di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal, yang kemudian dikenal sebagai Kemal Atatürk, yang bertekad untuk menentang ekspansionisme Yunani, mengabaikan persyaratan perjanjian.
Saat tentara Yunani maju, Atatürk memimpin serangan balasan yang kuat, akhirnya memaksa mereka kembali ke Smyrna. Tindakannya memuncak dalam pembantaian brutal pasukan Yunani, mencerminkan pola historis kekerasan etnis yang lebih luas selama periode yang penuh gejolak ini, ketika para pemimpin Turki mengambil langkah -langkah yang menentukan dan kejam terhadap musuh mereka.