Biasanya perasaan kecewa mengikuti buku tersebut, karena apa yang saya harapkan untuk ditulis bukanlah apa yang sebenarnya saya capai. Namun, itu menjadi motivasi untuk menulis buku berikutnya.
(Usually a feeling of disappointment follows the book, because what I hoped to write is not what I actually accomplished. However, it becomes a motivation to write the next book.)
Kutipan ini menyoroti kesenjangan alami antara aspirasi dan pencapaian yang dihadapi banyak pembuat konten. Kekecewaan memang bisa membuat kita kecil hati, namun hal ini bisa menjadi katalisator pertumbuhan dan ketekunan. Merangkul siklus emosional ini mendorong penulis untuk merenungkan karya mereka, belajar, dan maju dengan tekad baru. Ketahanan seperti itu sangat penting untuk pengembangan seni dan kesuksesan—mengubah kemunduran menjadi bahan bakar untuk proyek-proyek masa depan.