Bagaimana dengan Epictetus tercinta Anda? Atau Emily Dickinson tercinta? Anda menginginkan Emily Anda, setiap kali dia memiliki keinginan untuk menulis puisi, untuk hanya duduk dan mengucapkan doa sampai dorongannya yang jahat dan egois hilang? Tidak, tentu saja tidak! Tapi Anda ingin ego Profesor Tupper teman Anda diambil darinya.


(What about your beloved Epictetus? Or your beloved Emily Dickinson? You want your Emily, every time she has an urge to write a poem, to just sit down and say a prayer till her nasty, egotistical urge goes away? No, of course you don't! But you'd like your friend Professor Tupper's ego taken away from him.)

๐Ÿ“– J. D. Salinger

๐ŸŒ Amerika

๐ŸŽ‚ January 1, 1919  โ€“  โšฐ๏ธ January 27, 2010
(0 Ulasan)

Dalam J.D. "Franny and Zooey" Salinger, sebuah diskusi muncul mengenai sifat inspirasi artistik dan peran ego di dalamnya. Pembicara kontras dengan figur yang sangat dihormati seperti Epictetus dan Emily Dickinson dengan contoh yang kurang mengagumkan, menekankan bahwa tidak ada yang benar -benar menginginkan naluri kreatif seniman untuk ditekan. Sebaliknya, esensi kreativitas adalah tentang merangkul perasaan itu daripada berjuang melawan mereka. Kutipan ini menyoroti standar ganda dalam hal menghargai seniman versus yang dianggap egois. Sementara orang mungkin merayakan dorongan emosional Dickinson yang bergejolak yang memicu puisinya, ada keinginan bagi seseorang seperti Profesor Tupper untuk mengalami pengurangan egonya. Ini menggarisbawahi kompleksitas sifat manusia, di mana kita menghargai ekspresi artistik beberapa orang sambil mengkritik kesombongan orang lain.

Dalam "Franny and Zooey" karya Salinger, sebuah diskusi muncul mengenai sifat inspirasi artistik dan peran ego di dalamnya. Pembicara kontras dengan figur yang sangat dihormati seperti Epictetus dan Emily Dickinson dengan contoh yang kurang mengagumkan, menekankan bahwa tidak ada yang benar -benar menginginkan naluri kreatif seniman untuk ditekan. Sebaliknya, esensi kreativitas adalah tentang merangkul perasaan itu daripada berjuang melawan mereka.

Kutipan menyoroti standar ganda dalam hal menghargai seniman versus yang dianggap egois. Sementara orang mungkin merayakan dorongan emosional Dickinson yang bergejolak yang memicu puisinya, ada keinginan bagi seseorang seperti Profesor Tupper untuk mengalami pengurangan egonya. Ini menggarisbawahi kompleksitas sifat manusia, di mana kita menghargai ekspresi artistik beberapa orang sambil mengkritik kesombongan orang lain.

Page views
13
Pembaruan
Januari 25, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.