Brummel adalah seorang pria berusia sekitar tiga puluhan, lajang, pernah menjadi polisi kota jagoan dengan gaya hidup kaya raya yang tidak sebanding dengan gaji polisinya. Dia selalu tampil seperti pria yang menyenangkan, tapi Marshall tidak pernah benar-benar memercayainya. Kalau dipikir-pikir, dia juga tidak terlalu menyukainya. Terlalu banyak gigi yang muncul tanpa alasan.
(Brummel was a man somewhere in his thirties, single, a one-time hotshot city cop with a big buck lifestyle that belied his policeman's salary. He always came on like a likable guy, but Marshall never really trusted him. Come to think of it, he didn't like him that much either. Too much teeth showing for no reason.)
Brummel digambarkan sebagai seorang pria berusia tiga puluhan, yang sebelumnya adalah seorang petugas polisi kota sukses yang menjalani gaya hidup yang terkesan boros mengingat gajinya. Terlepas dari sikapnya yang ramah, dia menimbulkan ketidakpercayaan pada Marshall, yang menyadari bahwa dia tidak bisa sepenuhnya menyukainya. Hal ini diperparah dengan senyuman Brummel yang terlalu antusias, yang terlihat tidak jujur di mata Marshall.
Naluri Marshall memberitahunya bahwa Brummel tidak bisa dipercaya sepenuhnya, mengisyaratkan kompleksitas mendasar dalam karakter Brummel. Kontras antara sikap karismatik Brummel dan skeptisisme Marshall menunjukkan permasalahan yang lebih dalam yang mungkin mempengaruhi interaksi mereka, yang mencerminkan tema penipuan dan ambiguitas moral dalam narasinya.