Baik guru sekolah dan keduanya didedikasikan untuk Gereja Advent Hari Ketujuh, yang anggotanya mengamati hari Sabat pada hari Sabtu, percaya pada kedatangan kedua apokaliptik, memiliki kecenderungan misionaris yang kuat, dan, jika mereka ketat, jangan merokok, minum, makan daging, menggunakan riasan, atau memakai perhiasan, termasuk cincin pernikahan.
(both schoolteachers and both dedicated to the Seventh-Day Adventist Church, whose members observe the Sabbath on Saturday, believe in an apocalyptic Second Coming, have a strong missionary tendency, and, if they are strict, do not smoke, drink, eat meat, use makeup, or wear jewelry, including wedding rings.)
Esai Joan Didion dalam "membungkuk menuju Betlehem" menjelajahi kehidupan dua guru sekolah yang keduanya berkomitmen pada Gereja Advent Hari Ketujuh. Keyakinan mereka mencerminkan gaya hidup unik yang ditandai dengan komitmen yang mendalam terhadap iman mereka, yang termasuk mengamati hari Sabat pada hari Sabtu dan mengantisipasi kedatangan kedua apokaliptik. Dedikasi ini juga bermanifestasi dalam kecenderungan yang kuat terhadap pekerjaan misionaris.
Para guru mematuhi praktik -praktik pribadi yang ketat yang selaras dengan prinsip -prinsip agama mereka. Mereka menghindari merokok, minum, makan daging, dan menggunakan riasan atau perhiasan, termasuk cincin pernikahan. Pilihan gaya hidup mereka menyoroti pengaruh kepercayaan mereka pada kehidupan sehari-hari mereka, menunjukkan persimpangan iman dan perilaku pribadi dalam komunitas Advent Hari Ketujuh.