Orang -orang yang takut tidak ingin duduk dengan orang -orang yang hancur karena mereka tidak ingin diperlambat - tidak ingin melihat apa yang rusak dalam diri mereka sendiri ... ketika kita berani memegang mereka yang dipaksa ke tanah, berani menahan mereka, kebenaran memegang dan mendengarkan Sings & kita dibawa ke dalam kebijaksanaan tulang tulang yang patah dan bagaimana hal -hal sembuh. Ada keberanian yang tenang yang kita semua butuhkan: keberanian untuk menunggu & menonton dengan siapa saja kita, keberanian untuk mengakui bahwa kita tidak sendirian, keberanian untuk saling berpegangan di telinga hati kita dan keberanian untuk merawat hal -hal yang hancur.
(Fearful people do not want to sit with broken people because they don't want to be slowed down - don't want to look at what is broken in themselves...When we dare to hold those forced to the ground, dare to hold them close, the truth of holding and listening sings & we are carried into the wisdom of broken bones and how things heal. There are the quiet braves we all need: the courage to wait & watch with all of who we are, the courage to admit that we are not alone, the courage to hold each other to the ear of our heart and the courage to care for things that are broken.)
Orang -orang yang takut sering menghindar dari mereka yang berjuang dengan tantangan mereka sendiri, karena mereka takut dipengaruhi atau dibebani oleh kekurangan dan rasa sakit orang lain. Penghindaran ini berfungsi sebagai gangguan dari menghadapi masalah pribadi mereka. Namun, ketika kita memilih untuk merangkul dan mendukung mereka yang sedang berjuang, kita tidak hanya menumbuhkan rasa koneksi tetapi juga mendapatkan wawasan yang berharga tentang proses penyembuhan kita sendiri.
Tindakan berdiri oleh mereka yang terluka membutuhkan keberanian dan kerentanan yang signifikan. Ini melibatkan mengakui bahwa kita semua saling berhubungan dan bahwa saling mendukung dalam perjuangan kita dapat menyebabkan pemahaman dan kebijaksanaan yang mendalam. Dalam Mark Nepo "The Exquisite Risk," ia menekankan pentingnya hadir untuk satu sama lain, mendengarkan secara mendalam, dan menunjukkan belas kasih untuk bagian -bagian diri kita yang rusak dan orang lain. Pengalaman bersama ini dapat mengungkapkan kekuatan yang ditemukan dalam empati dan pentingnya saling merawat.